Assalamu'alaikum, Welcome to My Blog, Have a Nice Blogging

Selasa, 04 Juli 2017

Kau ajarkan Aku tentang Keringat, Senyum dan Air Mata

"Kau ajarkan aku tentang keringat, senyum, dan air mata"
13 tahun yang lalu seorang mahasiswa semester dua sebuah sekolah tinggi swasta di pandeglang ikut dalam pertemuan pembentukan tim pengajar sebuah sekolah menengah pertama yang pada saat itu (2004) masih menumpang di sekolah dasar.
Sejak saat itu mantan buruh pabrik sebuah perusahaan cat di jakarta itu "hijrah" dari pekerjaan yang hampir tiga tahun (2001-2004) dilakoninya itu menjadi seorang pengajar tepatnya "honorer".
Pekerjaan baru ini ternyata tidak mudah. Menjadi seorang guru apalagi honorer benar-benar harus "sakti mandraguna". Bagaimana tidak dengan penghasilan yang pada saat itu dibawah 300.000/bulan dia harus membiayayi kuliahnya sementara orang tuanya dengan profesi sebagai buruh "banting tulang" berusaha membantu menyekolahkan anak-anaknya.
Tahun 2006, mereka pun berhasil menempati bangunan baru di tanah seluas 6000 m. Kebahagiaan yang terpancar pada saat itu kami rasakan setelah menunggu dua tahun lamanya.
Tiga tahun berselang (2009) Allah swt mempertemukan pemuda itu dengan jodohnya dan bertambahlah tanggung jawabnya dengan menjadi seorang kepala rumah tangga. Tak terbayang pada saat itu bagaimana mereka menjalani kehidupan rumah tangganya. Bahkan terkadang logika buntu menjelaskannya. Hanya Allah swt lah yang sanggup memberi pertolongan atas segala kesulitan umatnya.
Jika kebanyakan orang hanya cukup waktu 3-4 tahun menyelesaikan kuliah s1, tidak demikian dengan pemuda ini. Ia butuh 9 tahun (2004-2012) untuk berhasil meraih gelar sarjana. Sungguh perjuangan dengan daya tahan prima.
Sekali lagi menjadi seorang guru apalagi honorer kita harus sakti mandraguna. Pertengahan tahun 2014 tepatnya pada hari ulang tahun pemuda itu yang ke 32, ada kado istimewa dari Allah swt yaitu dia bersama istrinya dinyatakan lulus test seleksi CPNS. Bahagia dan hampir tidak percaya. Dan tangis merekapun pada saat itu memecah hening malam di perumahan sekolah yang mereka tinggali hampir selama 3 tahun (2011-2014).
Saat ini ketika raga tak lagi bersama bukan berarti segala kisah akan musnah, cerita hilang begitu saja. Pagi ini bulan ramadhan ini, di tengah lapangan itu, pemuda itu terus teringat ucapan salah seorang muridnya "pak ada anak sekolah lain yang nanya ke saya, "eta guru ta lain rok, kok maen gundu jeung siswa". Sampai saat ini pemuda itu terus "mesem" tanpa menjawab.
"Kau ajarkan aku tentang keringat, senyum, dan air mata"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar